Friday, May 25, 2007

Resto Seafood Bunaken VS Laguna : Multiply VS Magnify

Semalam saya berkumpul dengan beberapa teman, sebagian ada disini juga. Dari bincang2 semalam itu, ada sebuah kisah mengenai kebangkrutanrestoran seafood Bunaken.

Menarik juga untuk dipelajari, walaupun nara sumber atau pemilik Bunakennya tidak disini (walaupun adalah lebih baik kalau mendengar langsung dari yg empunya bisnis), tetapi saya pribadi melihat bahwa memang rasanya beberapa waktu yg lalu Bunaken terlalu ekspansi dengan membuka cabang di beberapa tempat, dan ternyata responnya fatal alias sepi dan langsung tutup.

2 cabang baru yang saya tahu adalah di jalan batu ceper, di samping restoran Pondok Laguna, dekat sekali lokasinya, dan satu lagi di daerah Sunter. Saya mendengar bahwa Bunaken juga buka beberapa tempat lain.Saya sendiri pernah makan di Bunaken batu ceper, waktu itu saya iseng2 aja pengen coba, karena Pondok Laguna ramai sekali.Begitu saya masuk, masih baru sekali meja dan bangku, design dan lain2, tetapi yang makan tidak seberapa banyak, kalah jauh denganPondok Laguna. Lucunya sejak sekali makan disana, saya tidak pernah balik2 lagi,padahal soal rasa dan harga tidak ada masalah.

Tidak lama dari waktu itu, saya lihat Bunaken juga buka di Sunter. Anehnya walaupun dekat dengan tempat tinggal saya, saya tidak pernah makan disitu, kepengen juga tidak. Dan tidak lama kemudian, ternyata malah sudah tutup.Kalau mendengar dari bincang2 semalam, saya mendengar bahwa Bunaken bangkrut akibat terkena dampak karena di sekitar daerah Ancol ada buka restoran seafood DAPUR UMUM, yang cukup terkenal karena menjual(kalau tidak salah) nasi 500, teh 100, dsbnya. Saya sendiri karena mendengar begitu, penasaran juga kesana, tapi akhirnya tidak jadi makan karena waktu itu antrinya ramai.

Di lain sisi, kita boleh melihat betapa kuatnya Pondok Laguna yang terus bertahan hingga saat ini dan tidak pernah sepi !! Coba saja datang kesana untuk makan malam, bahkan pada hari biasa sekalipun,banyak sekali yang makan disitu.Bisa disimpulkan secara kasar, bahwa rasanya Pondok Laguna tidak kena dampak sama sekali oleh kehadiran resto seafood lain (walaupun sekarang di kiri kanannya berdiri beberapa resto seafood juga).

Lucunya sudah puluhan tahun Pondok Laguna berdiri, rasanya saya tidak pernah melihat mereka buka cabang di tempat lain (koreksi sayabila salah). Kalau dengan nama lain saya tidak tahu. Tetapi saya melihat perkembangan mereka luar biasa, dengan memperluas lahan mereka ke samping, lalu membuka lantai 2 dengan AC, lalu lantai 1 utk ruang parkir. Selain itu mereka juga telah meredesign tempat makan mereka, sehingga dibandingkan dulu, kini rasanya lebih dekat dengan alam karena menggunakan bambu2, air mancur, kolam, kipas angin, dsbnya.

Nah dari sini saya mengambil kesimpulan bahwa Pondok Laguna menerapkan strategy Magnify (how can this be done only with me?),tidak buka cabang dimana2, kalau mau makan Laguna ya disitu, satu tempat saja. Sedangkan Bunaken, menggunakan strategy Multiply (how can this be done without me?), buka di beberapa tempat (sekaligus)mungkin dengan tujuan utk bisa menjaring customer lebih banyak. Tetapi ironisnya malah fatal.

Uniknya ternyata baik Magnify maupun Multiply, kedua strategi initernyata powerful, tidak ada yang lebih baik dari yang lain, tinggal penerapan dan strateginya yang mana sesuai dengan bisnis kita.Ada lagi beberapa contoh bisnis khususnya resto yang menerapkan strategi Magnify dan berhasil, misalnya Bubur Mangga Besar 1 dan Bakso Akiauw juga di Mangga Besar, walaupun keduanya cabang dari Medan, tetapi di Jakarta ini mereka hanya buka 1 tempat saja.

Dan coba saja Anda mampir pas makan malam, wow rame sekali, makin malam makin rame, benar2 sudah jadi mesin uang.Untuk contoh Multiply, salah satu contoh bisnis favorit saya adalah Hoka-Hoka Bento(HHB), sampai sekarang sudah buka 78 cabang di kota2 besar Indonesia (dan tidak franchise! alias milik sendiri). Ini juga contoh mesin uang yang hebat, HHB ramai sekali, di setiap mal pasti ada, termasuk trade center dan office building, terus terang saya kagum. HHB bisa diterima oleh semua lapisan masyarakat, mau yang middle up maupun middle down, oke2 aja. Saya tidak tahu respon diluar kota, yang pasti kalau di Jakarta ramai sekali.

So bagaimana dengan bisnis Anda masing2? Mungkin ada baiknya sebelum Anda ekspansi, pikir baik2 dulu, mau Magnify atau Multiply.

Atau jangan2 Anda mau Multiply dulu, terus semuanya di-Magnify ?Ehmm.. Ok juga kalau bisa.

Dagg....

No comments: